Hasil Kebudayaan Masyarakat pada Masa Praaksara
Hasil Kebudayaan Masyarakat pada Masa Praaksara - Berdasarkan dengan hasil kebudayaannya, secara garis besar, Zaman Praaksara dibagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam.
Masa Praaksara merupakan suatu masa di mana manusia dalam hal ini ialah
manusia purba sebagai masyarakat yang menetap di suatu wilayah yang ada
di Indonesia, masih belum mengenal tulisan sama sekali.
Akan tetapi, mereka masih mampu bertahan hidup dengan cara melakukan
sejumlah aktivitas, seperti contohnya bercocok tanam, berburu, dan
membuat peralatan yang bisa digunakan sebagai kehidupan sehari-hari
mereka.
1. Zaman Batu
Zaman Batu, sumber : sejarah-negara.com |
Pada zaman batu, peralatan yang digunakan oleh manusia purba terbuat dari batu.
A. Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)
Zaman Paleolitikum ini disebut dengan nama Zaman Batu Tua karena
peralatan yang digunakan oleh manusia purba terbuat dari batu dan
pengerjaannya juga masih begitu sederhana dan kasar. Hasil dari
kebudayaan pada Zaman Paleolithikum yang cukup terkenal adalah Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Zaman ini bermula kira-kira antara 50.000 hingga 100.000 tahun yang
lalu. Periode zaman ini ialah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Catatan :
SM = Sebelum Masehi
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau secara
berpindah-pindah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka
mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak
bercocok tanam. Mereka bermodalkan menggunakan batu, kayu, dan tulang
binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat inilah yang juga
digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
- Kebudayaan Pacitan
Pacitan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur,
berbatasan dengan Jawa Tengah. Pada zaman purba, diperkirakan aliran
Bengawan Solo mengalir ke selatan dan bermuara di pantai Pacitan.
Pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat dari batu yang
ada di daerah Pacitan. Alat-alat ini bentuknya menyerupai kapak, akan
tetapi tidak bertangkai, sehingga menggunakan kapak tersebut dengan cara
digenggam.
Alat-alat batu yang berasal dari Pacitan ini disebut dengan kapak genggam (chopper) dan kapak perimbas. Di Pacitan, juga ditemukan alat-alat yang berbentuk kecil, disebut dengan serpih. Berbagai peninggalan tersebut diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis Meganthropus.
- Kebudayaan Ngandong
Ngandong merupakan nama dari salah satu daerah yang terletak didekat
Ngawi, Madiun, Jawa Timur. Di daerah Ngandong dan Sidorejo ini banyak
ditemukan alat-alat yang berasal dari tulang serta alat-alat kapak
genggam dari batu.
Alat-alat dari tulang tersebut ini diantaranya dibuat dari tulang
binatang dan tanduk rusa. Selain itu, juga ada alat-alat seperti ujung
tombak yang bergerigi pada sisi-sisinya. Berdasarkan penelitian,
alat-alat tersebut merupakan hasil kebudayaan dari Homo Soloensis dan
Homo Wajakensis.
Karena ditemukan di daerah Ngandong, dikenal secara umum dengan nama Kebudayaan Ngandong.
Di dekat Sangiran, dekat dengan Surakarta, ditemukan juga alat-alat yang berbentuk kecil, biasa disebut dengan nama Flake. Manusia purba telah memiliki nilai seni yang tinggi. Pada beberapa flake, ada yang dibuat dari batu indah, seperti Chalcedon.
B. Zaman Mesolitikum (Zaman Batu Madya)
Pada Zaman Mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda
dengan Zaman Paleolitikum, yakni dengan melakukan berburu dan menangkap
ikan. Akan tetapi, manusia di masa itu mulai memiliki tempat tinggal
yang agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.
Tempat tinggal yang mereka pilih, pada umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi itulah banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia di zaman tersebut.
- Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger ini berasal dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti "dapur" dan modding berarti "sampah". Jadi, Kjokkenmoddinger ini merupakan sampah-sampah dapur.
Kjokkenmoddinger ini adalah timbunan kulit siput dan kerang yang
menggunung. Di dalam Kjokkenmoddinger, ditemukan banyak kapak genggam.
Kapak tersebut berbeda dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Paleolitikum).
Sampah dapur ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels di tahun
1925 dan berdasarkan penelitian yang dilakukan olehnya, kehidupan
manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang,
karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 (tujuh) meter.
Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan sudah mengalami proses
pembentukan yang cukup lama, yakni mencapai ratusan tahun bahkan hingga
ribuan tahun.
Di antara tumpukan sampah juga ditemukan batu penggiling beserta dengan
landasannya yang digunakan sebagai penghalus cat merah. Cat itu
diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau dalam ilmu sihir.
Kapak genggam tersebut dinamakan dengan pebble atau Kapak Sumatra berdasarkan tempat penemuannya. Di samping pebble, juga ditemukan kapak pendek (hache courte) dan pipisan (batu bata penggiling beserta landasannya).
Berdasarkan pecahan tengkorak serta igi yang ditemukan pada
Kjokkenmoddinger, diperkirakan jika manusia yang hidup di zaman
mesolitikum ialah bangsa Papua Melanosoid (nenek moyang dari Suku Irian
dan Melanosoid).
- Abris Sous Roche
Manusia purba menjadikan gua menjadi rumah. Kehidupan yang ada di dalam
gua cukup lama meninggalkan sisa-sisa kebudayaan dari mereka.
Abris Sous Roche merupakan kebudayaan yang ditemukan di dalam
gua-gua. Lantas, di daerah mana alat-alat tersebut ditemukan? Alat-alat
apa saja yang ditemukan di dalam gua tersebut?
Di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, banyak ditemukan alat-alat
seperti contohnya flake, kapak, batu penggilingan, dan beberapa alat
yang terbuat dari tulang. Karena pada gua tersebut banyak ditemukan
peralatan yang berasal dari tulang, disebut dengan nama Sampung Bone Culture. Selain di Sampung, gua-gua sebagai Abris Sous Roche juga terdapat di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
C. Zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda)
Zaman Neolitikum merupakan perkembangan zaman dari kebudayaan batu
madya. Alat-alat yang terbuat dari batu yang telah mereka hasilkan lebih
sempurna dan lebih halus disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kebudayaan
yang terkenal di Zaman Neolitikum adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong.
Fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang memiliki
ciri-ciri berupa unsur-unsur kebudayaan, seperti peralatan yang berasal
dari batu yang sudah diasah, pertanian menetap, peternakan, serta
pembuatan tembikar, juga merupakan salah satu pengertian dari Zaman
Neolitikum.
- Kapak Persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau berbentuk juga trapesium. Kapak persegi yang besar sering disebut dengan nama beliung atau pacul (dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan : cangkul).
Sementara itu, yang berukuran kecil disebut dengan trah (tatah)
yang digunakan untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut, terutama
beliung, sudah diberi dengan tangkai. Daerah persebaran dari kapak
persegi ini merupakan daerah Indonesia yang berada di bagian barat,
misalnya di daerah Sumatera, Jawa, dan Bali.
- Kapak Lonjong
Kapak lonjong terbuat dari batu yang berbentuk lonjong serta sudah
diasah secara halus dan diberi tangkai. Fungsi dari alat ini
diperkirakan sebagai kegiatan dalam menebang pohon. Daerah persebaran
dari kapak lonjong ini umunya di daerah Indonesia yang terletak di
bagian timur, misalnya di daerah Irian, Seram, Tanimbar, dan Minahasa.
Di zaman Neolitikum, di samping ada berbagai macam kapak, juga ditemukan
berbagai alat perhiasan. Misalnya, di Jawa ditemukan gelang-gelang yang
terbuat dari batu indah serta alat-alat tembikar atau gerabah.
Di zaman itu, sudah dikenal dengan adanya pakaian. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu yang dijadikan sebagai bahan
pakaian.
D. Zaman Megalitikum (Zaman Batu Madya)
Peninggalan dari kebudayaan Megalitikum ini terbuat dari batu yang
memiliki ukuran besar. Kebudayaan megalitikum tak hanya untuk keperluan
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia secara fisik saja.
Mereka juga telah membuat berbagai macam bangunan batu sebagai
kepentingan dalam berbagai upacara keagamaan, diantaranya digunakan
dalam persembahyangan maupun untuk mengubur jenazah.
Pada zaman ini, manusia sudah mengenal adanya kepercayaan. Walau
kepercayaan mereka masih di dalam tingkat yang awal, yakni kepercayaan
terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan
dari dalam manusia sudah mulai meningkat.
Hasil-hasil dari kebudayaan megalitikum, antara lain sebagai berikut :
- Menhir. Menhir merupakan tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana dalam memuja arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah. Istilah Menhir ini diambil dari bahasa Keltik, yang berasal dari kata men yang berarti "batu" dan hir yang berarti "panjang". Batu-batu ini juga dinamakan dengan Megalith (batu besar) karena ukurannya yang besar pula.
- Dolmen. Dolmen merupakan bangunan yang berbentuk seperti meja batu, berkaki menhir (menhir yang agak pendek). Bangunan ini digunakan sebagai tempat sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang. Adapula dolmen yang di bawahnya berfungsi sebagai kuburan. Bangunan semacam ini dinamakan dengan pandusha.
- Sarkofagus. Sarkofagus merupakan peti kubur batu yang bentuknya seperti lesung dan memiliki tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. Bersama dengan Sarkofagus, juga ditemukan tulang-tulang manusia berserta dengan bekal kubur, seperti perhiasan, periuk, dan beliung. Peti kubur merupakan peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan atau papan batu yang disusun persegi empat, sehingga berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
- Kubur Batu. Kubur batu ini hampir sama dengan sarkofagus, begitu pula dengan fungsinya. Bedanya terletak jika kubur batu ini terbuat dari lempengan/lembaran batu yang lepas-lepas dan dipasang pada keempat sisinya, bagian alas serta bagian atasnya. Kubur peti batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
- Punden Berundak. Punden berundak merupakan bangunan dari batu yang disusun secara bertingkat. Fungsi dari bangunan ini ialah sebagai pemujaan. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan.
- Arca. Arca merupakan patung yang dibuat dengan menyerupai dari bentuk manusia serta binatang. Binatang yang digambarkan, diantaranya seperti gajah, kerbau, kera, dan harimau. Arca ini banyak ditemukan, antara lain seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Bentuk arca manusia bersifat dinamis yang berarti wujud manusia dengan penampilan dinamis seperti arca batu gajah.
2. Zaman Logam
Zaman Logam, sumber : kopi-ireng.com |
Pada zaman logam, manusia telah mengembangkan teknologi yang cukup
tinggi. Dikatakan teknologi yang cukup tinggi karena batu tinggal
membentuk sesuai dengan kehendak dari pemahat itu. Logam sementara
tersebut tidak bisa dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.
Manusia purba telah membuat peralatan yang berasal dari logam seperti contohnya perunggu dan besi.
Mereka telah mengolah bahan itu menjadi beraneka macam bentuk. Hal ini
menjadi salah satu bukti jika manusia purba telah mengenal adanya
peleburan logam. Kebudayaan zaman logam sering juga disebut dengan Zaman Perundagian.
Manusia purba membuat berbagai macam peralatan dari logam, baik itu
sebagai alat untuk berburu, mengerjakan ladang, maupun untuk keperluan
acara keagamaan. Alat-alat yang berasal dari perunggu, misalnya kapak
corong, atau kapak sepatu.
Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, serta Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Di beberapa daerah juga ditemukan yang namanya nekara. Nekara ini
digunakan untuk upacara keagamaan (kepercayaan pada masa purba).
Misalnya, dalam upacara memanggil hujan dan persembahan yang lainnya.
Nekara ini berbentuk seperti berumbung yang berpinggang di bagian
tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Jadi, seperti dandang telungkup.
Daerah penemuannya di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti,
Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor ditemukan nekara yang memiliki
ukuran kecil yang disebut dengan moko.
Selain nekara, juga ditemukan alat atau benda-benda perhiasan, seperti kalung, cincin, anting-anting, dan manik-manik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar