Selasa, 21 Maret 2017

penyakit sosial dan penyimpangan sosial

  PENYAKIT SOSIAL DAN PENYIMPANGAN SOSIAL

A.           Penyimpangan Sosial
Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang pengertian penyimpangan sosial. Menurut Robert MZ Lawang penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma –norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. Adapun Van der Zandenberpendapat bahwa penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi, sedangkan orang yang melakukan penyimpangan disebut devian. Adapun kebalikannya dari perilaku menyimpang disebut konformitas, yakni bentuk interaksi sosial yang didalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya.
B.            Penyakit Sosial
Berbagai perilaku induvidu terkait erat satu sama lainnya dalam setiap kelompok atau masyarakatnya. Masyarakat adalah suatu kelompok sosial yang terdiri atas kumpulan beberapa induvidu yang hidup bersama dan menjalin interaksi sosial dalam suatu daerah dalam jangka waktu yang relatif lama.
Masyarakat dapat diibaratkan sebagai tubuh, dimana keadaan masing-masing organ berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh. Demikian halnya masyarakat, dimana perilaku induvidu yang merupakan bagian dari masyarakat menentukan bagaimana keadaan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang harmonis terbentuk dari perilaku masing-masing warga masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku. Keharmonisan kehidupan masyarakat akan menciptakan suasana masyarakat yang sehat dan teratur.
Penyakit sosial merupakan bentuk kebiasaan masyarakat yang berperilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial, sehingga menghasilkan perilaku menyimpang. Beberapa kebiasaan warga masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai bentuk penyakit sosial antara lain kebiasaan minum-minuman keras, berjudi, menyalahgunakan narkoba, penyakit HIV/AIDS, penjaja sex komersial (PSK) dan sebagainya.
C.           Faktor-faktor Penyebab terjadinya Penyakit Sosial di Diskotik
Penyimpangan sosial dan penyakit sosial masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-Faktor yang mempengaruhinya secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Faktor internal (dari dalam), yaitu :
·      Tingkat intelegensi yang tidak normal dapat menghambat ketika seseorang harus berinteraksi atau bergaul dalam masyarakat.
·      Usia, semakin tua orang semakin pelupa dan mudah tersinggung dalam jangka waktu tertentu.
·      Jenis kelamin, misalnya dalam satu keluarga ada tiga anak lelaki dan satu anak perempuan. Si anak perempuan dapat terpengaruh berperilaku seperti anak laki-laki (tomboy).
·      Kedudukan seseorang dalam keluarga juga mempengaruhi seseorang, misalnya anak sulung cenderung berkuasa atas adik-adiknya dan anak bungsu akan bersifat manja dan selalu ingin diperhatikan.
b.    Faktor eksternal (dari luar), yaitu :
·      Kehidupan keluarga yang broken home, retaknya keluarga yang menyebabkan anggota keluarga mencari kesenangan diluar rumah karena kebutuhan baik jasmani maupun rohaniahnya tidak terpenuhi dalam keluarga.
·      Adanya ikatan sosial yang berlainan, seseorang yang bermasyarakat dengan kelompok-kelompok akan cenderung mengedentifikasikan dirinya dengan kelompok paling ia hargai dan akan lebih senang bergaul dengan kelompoknya saja dari pada kelompok lainnya.
·      Lingkup pergaulan seseorang juga akan membentuk perilakunya. Jika pergaulannya bersifat positif maka perilakunya juga akan positif, sebaliknya jika pergaulannya bersifat negatif maka perilakunya pun akan terpengaruh sikap negatif.
·      Media massa, baik cetak maupun elektronik juga mempunyai peran yang besar dalam membentuk sikap perilaku seseorang. Kalau berita-berita atau tayangan yang diikuti bersifat positif maka kemajuan dari tehnologi akan terasa besar manfaatnya. Tetapi jika berita atau tayangan yang bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku, seperti film-film kekerasan atau porno, hal inilah yang akan membentuk perilaku seseorang menjadi menyimpang.
·      Dorongan kebutuhan ekonomi, seseorang terdesak kebutuhan ekonominya jika tidak memiliki iman yang kuat atau tidap dapat mengendalikan diri atau orang yang tidak mau bekerja keras dapat terdorong untuk melakukan perilaku menyimpang dengan alasan kebutuhan makan atau untuk mempertahankan hidup.
·      Pelampiasan rasa kecewa, seseorang yang mengalami rasa kecewa atau kepahitan hidup dapat melakukan perilaku menyimpang sebagai pelarian atau pelampiasan terhadap rasa kecewa atau kesulitannya itu.
·      Keinginan untuk dipuji, perilaku menyimpang kadang-kadang dilakukan hanya sekedar untuk dipuji atau untuk bergaya saja. Misalnya ingin dianggap hebat atau jago, seperti merokok, berkelahi dan mabuk-mabukkan.
·      Sikap mental yang tidak sehat, biasanya orang yang mempunyai sikap mental yang tidak sehat atau tidak normal/kelainan, bila melakukan perilaku menyimpang tidak akan merasa bersalah atau menyesal bahkan sebaliknya akan merasa senang.
 D.           Bentuk-bentuk Penyakit Sosial di Diskotik
Bentuk-bentuk penyakit sosial yang terjadi di diskotik adalah :
1.      Pekerja Seks Komersial (PSK)
Pekerja seks komersial (PSK) merupakan salah satu bentuk penyakit sosial yang tertua di dunia. Kegiatan PSK yang disebut sebagai prostitusi telah dikenal sejak zaman Romawi Kuno. Meskipun upaya pemberantasan terus-menerus dilakukan, tetapi praktik prostitusi tetap saja marak di masyarakat, baik yang berlangsung terang-terangan maupun secara terselubung dengan berkedok dan membaur dalam kegiatan sosial lainnya.
Pada umumnya kegiatan prostitusi berlatar belakang pada faktor kesulitan ekonomi. Namun secara psikologis, prostitusi merupakan bentuk kelainan mental yang hanya dapat berhenti atas kesadaran pelaku semata. Oleh   karena itu, meskipun pelaku prostitusi dijaring, dibina, dan diberi aneka ketrampilan agar bekerja secara sewajarnya, namun tetap saja ia akan kembali menekuni prostitusi sebagai pilihan hidupnya apapun resikonya.
2.      Penyakit HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tubuh yang terserang AIDS akan rentan terhadap infeksi penyakit, sehingga mengakibatkan kematian. Saat ini, AIDS telah tersebar luas di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Virus HIV/AIDS tersebar melalui pertukaran cairan tubuh, seperti darah, sekreta dari alat kelamin (cairan semen dan cairan vagina), dan air susu. Oleh sebab itu, HIV/AIDS menular lewat hubungan seksual dengan penderita HIV (baik melalui anus atau vagina), kontak melalui darah dan produk-produk darah (misalnya serum), serta kegiatan menyusui dari ibu penderita HIV/AIDS kepada anak yang disusuinya. Meskipun HIV/AIDS juga terdapat dalam air ludah dan urin, namun virus ini tidak cukup kuat menyebabkan infeksi. Kontak biasa dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS, seperti mengobrol, bersalaman, makan bersama dan berenang, tidak akan menularkan HIV/AIDS.
3.    Penyalahgunaan Narkoba
Istilah narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, narkotika diartikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Orang yang menyalahgunakan pemakaian narkoba merupakan bentuk penyalahgunaan yang bukan hanya merusak diri sendiri, tetapi juga mengganggu lingkungan sosial akibat sikap yang ditimbulkan dari ketergantungan pada narkoba. Orang yang mengalami ketergantungan pada narkoba biasanya akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan narkoba, seperti mencuri, merampok, dan merampas. Penyalahgunaan narkoba sering kali menyebabkan masalah kejiwaan dan kesehatan yang serius bagi penggunanya. Kehidupan sosial pemakai narkoba menjadi terganggu, sukar bergaul dan cenderung mudah  terpengaruh tindak kejahatan.
4.      Minum-minuman Keras
Minuman keras atau sering disebut miras adalah minuman yang mengandung alkohol. Minuman beralkohol dikategorikan menjadi tiga golongan berdasarkan kadar alkohol yang terkandung di dalamnya, yaitu :
Ø  Minuman beralkohol golongan A, mempunyai kandungan alkohol sebanyak 1 % sampai 5 %.
Ø  Minuman beralkohol golongan B, mempunyai kadar alkohol lebih dari 5 % sampai 20 %.
Ø  Minuman beralkohol golongan C, mempunyai kadar  alkohol lebih dari 20 % sampai 55 %.
E.            Upaya  Pencegahan Penyakit Sosial.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Demikian halnya dalam menghadapi begitu banyak kasus penyakit sosial yang terjadi ditengah masyarakat, perlu adanya upaya pencegahan semenjak dini.
Upaya-upaya pencegahan penyimpangan sebagai kontrol sosial masyarakat dilakukan dengan :
·           Penanaman nilai akidah dan norma yang kuat
·           Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga.
·           Keteladanan orang tua
·           Perhatian dan kasih sayang
·           Kegiatan positif
·           kepercayaan
·           Penyuluhan-penyuluhan
F.            Permasalahan Kependudukan dan Cara Penanggulangannya
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan tidak merata serta tanpa diimbangi dengan pencapaian kualitas SDM yang tinggi mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan-permasalahan kependudukan.
1.      Kemiskinan
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan mateeriil dasar berdasarkan standar tertentu. Adapun standar ini lebih dikenal dengan garis kemiskinan, yaitu tingkat pengeluaran atas kebutuhan pokok yang meliputi sandang, pangan, dan papan secara layak.
Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan penduduk, antara lain sebagai berikut :
a.      Meningkatkan sumber daya ekonomi yang dimiliki penduduk miskin
Misalnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian yang sempit dengan insentifikasi pertanian, memberikan bekal ketrampilan untuk mengolah barang-barang bekas disekitarnya, misalnya kaleng bekas, besi bekas, plastik bekas, membimbing penduduk untuk jeli memperhatikan dan memanfaatkan peluang usaha di sekitarnya, seperti penduduk yang tinggal di daerah rawa memanfaatkan eceng gondok untuk bahan kerajinan, penduduk di daerah pegunungan memanfaatkan bunga pinus sebagai kerajinan dan lain-lain.
b.      Memberikan program penyuluhan dan pembekalan ketrampilan
Pemerintah hendaknya insentif terjun ke masyarakat untuk memberikan pengajaran dan pelatihan ketrampilan bagi penduduk miskin agar dapat menghasilkan sesuatu guna menunjang pendapatannya.
c.       Menyediakan pasar-pasar bagi penjualan produksi penduduk
Pasar merupakan fasilitas penting dalam menunjang pendapatan penduduk. Selain sebagai tempat memasarkan hasil produksi masyarakat, keberadaan pasar juga memotivasi masyarakat untuk lebih produktif lagi. Karena masyarakat tidak perlu khawatir lagi akan mengalami kesulitan hasil produksinya.
2.      Kesehatan
Kualitas penduduk yang diuraikan sebelumnya yang berpengaruh terhadap kemiskinan, ternyata juga berpengaruh pada kesehatan penduduk. Kemiskinan akan berdampak pada kesehatan. Penduduk miskin cenderung memiliki pola hidup kurang bersih dan tidak sehat. Kondisi hidup yang memprihatinkan mengharuskan penduduk miskin bekerja keras melebihi standar kerja penduduk yang lebih mampu, sehingga mengesampingkan aspek kesehatannya.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar secara layak berdampak pada kesehatan mereka. Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pangan secara sehat dab bergizi berdampak pada rendahnya gizi. Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan perumahan mengharuskan mereka tinggal di kolong jembatan, bantaran sungai, atau rumah seadanya, sehingga kebutuhan akan sanitasi air bersih juga tidak terpenuhi. Ketidakmampuan dalam memenuhi pakaian secara layak berdampak pada kesehatan kulit dan organ-organ tubuh lainnya.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf kesehatan, antara lain sebagai berikut :
a.       Memperbanyak sarana kesehatan dengan membangun pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta unit pelayanan kesehatan yang lain.
b.      Memperbanyak produksi obat-obatan sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan dengan harga yang terjangkau.
c.       Mengadakan penyuluhan tentang gizi dan arti penting kesehatan.
d.      Mendistribusikan peralatan kesehatan di rumah sakit daerah.
e.       Penyediaan pelayaan kesehatan gratis.
3.      Pengangguran
Rendahnya tingkat kesehatan penduduk dan tingginya angka kekurangan gizi masyarakat, secara umum dapat berdampak pada rendahnya daya pikir dan kemampuan kerja penduduk. Oleh sebab itulah pada sebagian besar negara-negara berkembang dan negara-negara miskin, kualitas SDMnya masih rendah, baik dalam pengetahuan maupun ketrampilan. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. Karena pada umumnya penduduk-penduduk tersebut sulit tertampung di dunia kerja.
Untuk menanggulangi masalah pengangguran diperlukan dua usaha penanggulangan, yakni usaha perbaikan kualitas SDM dan penciptaan lapangan kerja. Adapun usaha-usaha tersebut antara lain :
a.      Peningkatan ketrampilan kerja masyrakat
b.      Pembentukan Tenaga Kerja Muda Mandiri Profesional (TKMMP)
c.       Pelaksanaan padat karya
d.      Penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar